Senin, 25 Oktober 2010

Sikapi Hutang


PERNAHKAH Anda merenung, berapa banyak utang yang harus Anda bayar setiap bulannya? Berapa banyak bunga dari utang tersebut yang mesti Anda tanggung? Lalu, berapa lama Anda harus berada dalam “tekanan” utang ?

Oke, jawaban Anda boleh jadi akan beragam. Sebagian mungkin akan menyatakan utang bukan masalah sepanjang masih mampu membayar. Ada juga kalangan yang beranggapan utang diperlukan untuk meningkatkan aset.

Anda tidak keliru. Tetapi, coba jujur berapa banyak dari Anda yang saban hari sakit kepala karena memikirkan utang yang semakin berjibun, tagihan kartu kredit yang terus membengkak, cicilan kredit rumah dan mobil yang tidak kunjung usai, dan bahkan mungkin ada pula yang mesti membayar utang, padahal dana utang tersebut sudah terpakai entah untuk apa. Ya, itulah realitas di sekitar kita. Tetapi, tidak usah khawatir. Tidak ada masalah tanpa solusi bukan?

Utang memang bisa menjadi dewa penyelamat, tetapi pada waktu lain utang bisa pula menjadi awal malapetaka yang akan memporakporandakan keuangan Anda. Karena itu, kendati berutang bukan hal haram sepanjang tujuan dan peruntukannya jelas, tentunya utang juga mesti disikapi dan disiasati sehingga tidak merusak hidup. Lalu apa yang mesti dilakukan?

Pertama tama, periksa utang utang Anda, apakah masih tergolong sehat atau sudah mulai merongrong Anda. Caranya sederhana. Buatlah daftar utang, mulai dari kartu kredit, kredit kepemilikan kendaraan, kepemilikan rumah, dan utang utang lain. Tuliskan juga bunga yang mesti Anda bayarkan. Lalu jumlahkan utang utang tersebut. Bandingkan dengan aset Anda. Berapa persen utang Anda dibandingkan dengan aset? Bila di bawah 30 persen, masih tergolong sehat. Tetapi, bila jumlah utang dengan aset tidak jauh beda, rasanya Anda perlu mendiagnostik ulang setiap peruntukan utang Anda.

KITA mulai saja dulu dengan membahas kartu kredit. Berapa banyak kartu kredit di dompet Anda? Dua, tiga, empat buah atau lebih? Jangan pernah membayangkan semakin banyak kartu kredit di dompet berarti semakin bergengsi. Tidak sama sekali.

Gengsi bukan ditentukan oleh jumlah kartu kredit, melainkan berapa besar plafon yang diberikan satu penerbit kartu terhadap Anda. Tetapi, itu bukan pula berarti Anda bisa menggunakannya sesuka hati. Kecuali Anda sudah tergolong kelompok financial freedom. Bila demikian, tentu Anda tidak butuh lagi perencanaan keuangan.

Bila Anda masih merasa perlu mencari pendapatan dan masih merasa mendapat beban membayar utang, maka pertimbangkan kembali jumlah kartu kredit Anda. Konkretnya, di dompet Anda sesungguhnya tidak perlu lebih dari satu atau paling banyak dua kartu kredit. Dengan kata lain, kartu kredit yang lainnya segera ditutup.

Langkah berikut, cermati lagi penggunaan kartu kredit Anda. Tentunya Anda masih ingat kartu kredit pada dasarnya adalah alat untuk memudahkan transaksi pembayaran, bukan kemudahan berutang. Dus, mestinya setiap bertransaksi harus ada cadangan dana yang akan dipergunakan untuk melunasi. Memang tidak mesti dibayar seketika, tetapi bisa pada bulan berikutnya, sepanjang masih dalam batas grace period alias bebas bunga.

Adalah keliru bila Anda membayar jumlah minimal, padahal Anda memiliki dana tunai. Kenapa? Bayangkan, dana tunai yang disimpan dalam tabungan Anda hanya mendapat bunga sekitar 5 6 persen setahun, tetapi bunga kartu kredit Anda mencapai 24 36 persen setahun. Itu berarti Anda menanggung beban bunga bersih sekitar 19 sampai 30 persen.

Dengan kata lain, jika Anda berutang untuk membeli sesuatu yang tidak produktif, padahal Anda memiliki dana tunai, sesungguhnya bukanlah tindakan cerdas. Penggunaan kartu kredit dengan pembayaran angsuran plus bunga hanya lazim dilakukan jika Anda dalam keadaan “darurat” atau mengalami masalah likuiditas. Jika tidak, sebaiknya Anda restrukturisasi lagi cara berpikir dalam penggunaan kartu kredit.

Mungkin ada dari Anda bertanya, bagaimana mungkin melunasi kartu kredit atau menutup kartu kredit yang lain jika dana yang tersedia tidak memungkinkan?

Tidak masalah. Ada dua cara. Pertama, tetap tutup kartu kredit yang berbunga tinggi, pindahkan ke kartu kredit berbunga rendah. Lalu, untuk sementara waktu kartu kredit tersebut jangan digunakan dulu dan Anda mesti mengangsur secara tetap sampai batas tertentu.

Kedua, jika bunganya memang sangat mencekik dan Anda sudah terjebak dalam keadaan bunga berbunga, maka tidak ada salahnya menjual sebagian aset Anda untuk melunasi utang tersebut. Dengan kondisi yang sudah sangat parah, dibutuhkan waktu yang juga sangat lama untuk melunasinya. Oleh karena itu, apa boleh buat, Anda mesti rela “mengamputasi” aset Anda, namun dampak jangka panjangnya lebih baik buat keuangan Anda.

SELANJUTNYA terkait dengan kredit kepemilikan rumah dan kredit kepemilikan kendaraan. Coba cermati, berapa tahun lagi Anda mesti menyelesaikan kredit tersebut dan berapa banyak bunga yang mesti Anda tanggung?

Jangka waktu kredit kendaraan, sebagai misal, sebenarnya merupakan hal penting yang mesti Anda kaitkan dengan usia produktif dan nilai sisa dari kendaraan tersebut. Artinya, akan jauh lebih baik jika masa angsuran masih dalam usia produktif kendaraan. Alasannya sederhana, tatkala Anda tidak sanggup lagi membayar angsuran karena sesuatu hal yang tidak terduga, Anda masih bisa menjual kendaraan tersebut dengan harga yang baik dan kemudian bahkan mungkin mendapatkan sisa dana. Tetapi jika masa kredit Anda sangat panjang, maka nilai kendaraan bisa jadi sudah tidak memadai lagi sementara kredit masih belum lunas.

Selain contoh di atas, masih sangat banyak kiat lain dalam menyikapi utang. Yang jelas, jangan pernah beranggapan utang merupakan hal wajar jika peruntukannya tidak jelas dan nilainya sudah mendekati jumlah aset yang Anda miliki. Apalagi jika nilai produktivitas aset Anda ternyata masih lebih rendah ketimbang persentase bunga dari utang yang Anda tanggung.

Suatu ketika nilai utang Anda bahkan bisa menyamai nilai aset. Dan jika hal seperti ini terjadi, jelas sangat mengerikan. Oleh karena itu, sebelum terbenam terlalu jauh, luangkan waktu untuk mendiagnostik utang utang Anda.

ref : sarikata

Tidak ada komentar: