Minggu, 01 Mei 2011

Sistem Manajemen Bisnis Padang


Saya kira, manajemen model “padang” layak juga diterapkan di sektor jasa maupun produksi lainnya.

Ada sebuah manajemen yang menarik di Indonesia, setidaknya itu menurut saya, yaitu manajemen restoran padang. Mengapa demikian? Itu karena model manajemen ini menerapkan transparansi dalam keuangan dan pembagian keuntungannya lewat sistem bagi hasil.

Dampak dari model manajemen ini, memang tidak hanya pada faktor manajerial semata, tetapi juga berdampak pada faktor pelayanan. Dimana, pelayanan yang serba cepat menjadikan restoran padang dikenal. Kita pun juga bebas memilih menu. Menu pun bervariasi, begitu juga minumannya. “Menu Nano-Nano” begitulah, banyak orang yang menyebut buat aneka menu yang dihidangkan dan pasti dijamin halal.

Selain itu, kelebihan restoran padang adalah selain pelayanan cepat, juga lebih terkesan fleksibel. Artinya, hidangan yang kita pesan itu bisa saja dimakan di restoran tersebut, tapi kita bisa juga meminta karyawan restoran padang untuk membungkusnya dan kita santap di rumah. Dan satu lagi, masakan padang punya rasa yang khas, dan memenuhi selera hampir semua masyarakat dari berbagai negara. Selain itu, faktor kebersihan ruangan juga selalu mendapat prioritas.

Dalam manajemen ini, memang ada pemilik modal, dan ada pula tim manajemennya, dimana ada manajer dan karyawan. Pada karyawan sendiri ada yang bagian dapur induk (koki), book keeper (pembukuan), pantry (buat minuman), palung (pembawa makanan), teller (pembayar suplier), kasir, waiter dan waitress. Saya juga melihat, selain transparan, model manajemen bagi hasil itu telah menjadikan restoran padang punya ciri khas sendiri.

Dan, yang menarik lainnya adalah hubungan antara pemilik modal dengan manajemen lebih sebagai mitra. Karena apa? Mereka tidak mendapatkan gaji, namun mereka mendapatkan bagian dari keuntungan bersih restoran tersebut. Jadi, dalam memberikan keuntungan itu, memang ada pembagian untuk penanam modal sendiri dan ada pula bagian keuntungan untuk manajemennya atau karyawannya. Itu biasanya dibagikan setelah keuntungan dikurangi 2,5% untuk zakat.

Sedang pendapatan karyawan adalah dengan sistem poin. Jadi, setiap karyawan punya poin atau nilai. Dan, biasanya perhitungannya dilakukan setiap 100 hari sekali. Nilai tertinggi ada pada karyawan yang bekerja di dapur induk (koki). Mengapa demikian? Karena, pada bagian inilah yang mampu memberikan nilai rasa menu makanan maupun minuman yang dihidangkan.

Saya kira, manajemen semacam ini, akan membuat mereka yang bekerja di restoran padang selalu punya semangat tinggi. Dengan semakin tinggi semangat mereka bekerja, menjadikan hasil yang diterima banyak. Kalau malas, hasilnya pun sedikit. Selain itu, sistem keuangannya yang selalu transparan menjadikan setiap karyawan level apa pun tahu, berapa omset yang diraih perusahaan dalam setiap harinya. Sehingga, hal itu menjadikan karyawan akan lebih termotivasi untuk maju. Di samping itu, manajemen padang juga mendidik karyawan lebih kompak bekerja. Sebab, tanpa ada kekompakan mereka bekerja, hasil yang diraih berkurang. Bahkan, bukan tak mungkin hal itu menimbulkan dampak pada pelayanan maupun rasa.

Oleh karena itu, saya kira manajemen padang ini bisa sebagai alternatif, dan cukup bagus untuk kita terapkan pada sektor jasa maupun produksi lainnya. Dan, satu hal lagi yang menarik adalah, karyawan restoran padang dengan manajemen seperti itu, tidak membuat setiap karyawan menanyakan kapan SK (surat keputusan) pengangkatan kerja itu dibagikan. Mereka juga tidak akan menanyakan kapan naik gaji. Sebaliknya, justru mereka akan berupaya, bagaimana harga poinya bisa selalu naik. Karena, harga poin inilah yang akan menentukan jumlah penghasilan setiap bulan. Jadi yang menentukan penghasilan adalah dirinya sendiri. Anda berani mencoba?


oleh : Purdi E. Chandra